Yogyakarta (Kemenag) --- Kementerian Agama melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) menggelar Dialog Lintas Agama Terkait Pemeliharaan dan Penguatan Kerukunan Umat Beragama, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Sengaja kami menggelar dialog lintas agama ini sebagai upaya hadapi Natal dan Tahun Baru, agar tahun ini semakin aman dan nyama dalam menjalankan ibadah,” ujar Ketua PKUB Kemenag Nifasri, Senin (09/12).
Hadir dalam Dialog Lintas Agama ini, 60 peserta yang berasal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Waligeraja Indonesia (KWI), Parisadha Hindu Dharma Indinesia (PHDI), Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).
Hadir pula representasi Ormas Keagamaan yaitu Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU), Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Pimpinan Aisyiyah, Fatayat, Pemuda Anshor dan Pemuda Muhammadiyah.
Julukan Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia, menurut Nifasri menjadi alasan Kemenag memilih kota gudeg ini menjadi tempat dialog lintas agama. “Kalau kami kerjasama dengan luar negeri seperti menggelar beberapa kegiatan dialog lintas iman, mereka pasti memilih Yogyakarta yang disebut sebagai miniaturnya Indonesia,” sambungnya lagi.
Kepala Kanwil Kemenag DIY Edhi Gunawan yang turut hadir dalam pertemuan tersebut mengungkapkan tentang tantangan yang dihadapi bangsa saat ini. “Tantangan ini sempat disinggung oleh Wakil Menag Zainut Tauhid beberapa waktu lalu saat Dialog dengan Tokoh Agama DIY yakni memudarnya budaya bangsa, adanya ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa,” jelas Kakanwil.
Untuk itu, pihaknya berharap ada solusi yang diambil. “Kita harus bangun kerukunan nasional melalui kurukunan umat beragama. Khusus di DIY sudah membentuk FKUB sampai tingkat kecamatan,” urainya lagi.
Kuncinya, menurut Kakanwil, adalah rutin menggelar pertemuan dengan komunikasi yang produktif. “Dari pertemuan ini bisa dilakukan deteksi dini kejadian yang berpotensi muncul di DIY,” ujar Kakanwil.
Selain itu, Edhi juga mengingatkan diperlukan upaya memperkuat moderasi beragama yang berbasis pada tiga pilar yakni komitmen kuat membangun negara dan bangsa, toleransi, dan semangat antiradikalisme.
“Di akhir tahun ini kami juga akan menggelar Gebyar Kerukunan yang melibatkan umat lintas agama,” pungkas Kakanwil.
Sementara Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY Ahmad Muhsin Kamaludiningrat menegaskan posisi kota Yogyakarta yang kondang disebut sebagai City of Tolerance. “Kami tiap pekan mengadakan rapat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB),” ujarnya seraya menyebut pembinaan KUB di DIY sudah dilakukan sejak kurun 1970.
Bahkan menurutnya, dialog FKUB yang dihelat pada 9 Juni 1993 mampu terpublikasi dengan baik. “Waktu itu kami berhasil mengidentifikasi masalah dan menyiapkan solusinya terkait penyiaran agama, pendirian rumah ibadah, peringatan hari besar keagamaan, perkawinan berbeda agama dan penguburan jenazah,” terangnya.